Terbaru

Gairahnya Tak Pernah Padam, KLa Project Terus Pelajari Musik Etnik

Kla Project, telah mencoba berbagai jenis aliran musik | PT. Kontak Perkasa Futures Pusat

PT. Kontak Perkasa Futures Pusat


"Biasanya orang main musik internasional ke tradisional ikut internasionalnya. Tapi Adi gak mau. Kita malah harus ikutin tradisional. Kita harus ikutin nada pentatonis," ucap Katon Bagaskara.

Setelah fokus mempelajari musik tradisional mereka baru menyadari kalau musik Indonesia itu sangat kaya, yang membuat mereka senang dalam mengembangkan musiknya.
Hasil karya KLA Project dengan musik etnik akan dipertunjukkan pada saat konser tunggal mereka pada 15 Desember 2016 mendatang di Teater Jakarta, Taman Izmail Marzuki.

"Yang jelas bahwa kamipun sekalian mempelajari musik. Ternyata kaya sekali musik Indonesia dan indah lah.

Malah semakin kita kenal 'ih keren banget.'" Adi berkata.
"Ketika kita menceburi diri ternyata musiknya kaya, gak ada di keyboard, gak ada di gitar. Jadi itu menyenangkan sekali konser kali ini. Karena ini konser istimewa buat KLA Project," pungkas Adi.

Sekian tahun kita ekplorasi musik mulai teknik abis itu kita coba akustik pertama 11 maret 1996. Jadi ini eksplorasi kita, saya bangga dan teman-teman selalu bersemangat dan gak pernah berhenti mencari. Kita bukan sekedar manggung. Karena kita seniman jadi gairahnya, itu beruntung gak pernah padam," tutur Adi, pianis Kla Project, di konferensi pers konser Kla Project 'Passion, Love, and Culture' di Red Square, Jakarta Selatan, Rabu (2/11/2016).

Maka kali ini, Kla Project akan mencoba menggarap musik etnik atau musik-musik kedaerahan yang belum pernah mereka sentuh, yang akan dipadukan dengan lagu-lagu khas Kla Project.

"Setelah yang tahun ini, kita baru mulai lagi timbul gagasan untuk menggarap etnik. Kita sebelumnya gak tahu etnis itu musik apa aja di Indonesia, 'Udah kita coba aja, berani aja'. Sampai sekarang udah jalan kerangkanya," ungkap Adi.

Aransemennya pun akan diselaraskan dengan musik khas tradisional, bukan musik tradisional yang akan mengikuti musik modern KLa Project.

 28 tahun berkarir di kancah musik, band legend, Kla Project, telah mencoba berbagai jenis aliran musik.

Mereka mengaku eksplorasi musik berasal dari gairah mereka yang tak pernah padam untuk menjaga kualitas sebagai musis, tidak hanya sekedar manggung.

Kla Project Gelar Konser Etnik Pop Menandai 28 Tahun Berkarya | PT. Kontak Perkasa Futures Pusat

PT. Kontak Perkasa Futures Pusat



Konser ini akan berbeda, sarat nuansa etnik, karena ini adalah konser 28 tahun KLa berkarya di blantika musik Indonesia. Kali terakhir mereka menggelar konser adalah pada 13 November 2013, di Jakarta Convention Center. 

Diceritakan Adi, Katon, dan Lilo, untuk mengusung konser etnik ini, mereka sempat keliling di daerah pedalaman daerah Indonesia. Bersentuhan dengan alat-alat musik tradisional yang mungkin belum pernah mereka temui sebelumnya. 

"Tantangannya justru di situ. kami selalu bersemangat dan tidak berhenti mencari, juga mendalami. Kami juga tidak sekadar manggung tapi juga mengeksplorasi seniman. Kami belum pernah tahu etnik musik Indonesia apa saja, jadi sekalian belajar. Ternyata luar biasa sangat beragam, dan sensasinya beda. Musik-musik ini enggak akan kita temukan dalam keyboard secanggih apapun, enggak kita temukan pada gitar,” ungkap Adi. 

Saksikan kemegahan musik etnik dalam nostalgia lagu-lagu KLa 15 Desember di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki. Tiket dibagi dalam empat kelas: 

Platinum, Gold, Silver dan Bronze yang dijual dengan kisaran harga dari Rp500 ribu hingga Rp2,25 juta.

Jadi bayangkan lagu-lagu seperti “Belahan Jiwa”, “Tentang Kita”, “Menjemput Impian”, diwarnai lantunan musik etnik. Ada nuansa gamelan dari berbagai daerah di Indonesia, ada suara alat musik tradisional dari daerah seperti Kalimantan, Sumatera, Jawa, Sunda, Saluang, Minang, dan lainnya.  

Dan mereka tidak sekedar menempelkan nuansa etnik pada lagu. “Biasanya, kebanyakan orang membuat musik campuran seperti ini, unsur etnik yang mengikuti nada-nada popnya. Kali ini musik kita yang mengikuti nada-nada musik tradisional,” bilang Adi. 


Hampir tiga tahun grup band KLa Project tak menyapa penggemar lewat pertunjukan tunggal. Akhir tahun ini, KLa Project kembali menggelar konser bertajuk “Passion, Love, and Culture”. Sebuah karya unik persembahan Adi Adrian (piano), Katon Bagaskara (vocal), dan Romulo “Lilo” Radjadin (gitar). 

Unik, karena kalau kita biasa terbuai dengan alunan pop melankolis mereka sejak tahun 1988, 15 Desember mendatang, mereka akan menyajikan nuansa etnik dalam kandungan lagu-lagunya. 

“Kita pernah bikin konsep akustik, elektronik, techno, orkes, nah sekarang kami mencoba dengan musik tradisional dan ini kali pertama KLa menggabungkan unsur musik etnik ke dalam lagu-lagu kami,” ungkap Lilo. 

Lilo “KLa Project” Kaget Harga Gamelan Mencapai Rp.600 Juta | PT. Kontak Perkasa Futures Pusat

PT. Kontak Perkasa Futures Pusat


Lilo baru mengetahui, ternyata membuat satu set gamelan itu tidak murah. “Jadi 1 set gamelan itu kalau sudah dihitung semuanya, dijual bisa mencapai 500 hingga 600 juta. Bayangkan.

Waktu itu saya jadi agak malu juga. Baru tahu, main kasih harga 30 juta. Jadi seharusnya kita harus bisa lebih menghargai musik tradisional,” bilang Lilo. 

Konser “Passion, Love, and Culture” yang akan digelar di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki ini, digambarkan Adi, Lilo, dan Kataon Bagaskara, memang akan dipenuhi dengan puluhan alat musik tradisional, yang mungkin diantaranya belum pernah Anda temui atau dengar. Saksikan kemegahannya, 15 Desember 2016.

Lilo sang gitaris bercerita, kala ikut mendalami prosesnya, ia sampai tertarik untuk membeli alat musik gamelan. Ia tak menyangka kalau harganya sangatlah mahal, bahkan mencapai ratusan juta. “Saya bilang waktu itu, ‘saya mau beli nih, satu set gamelan. Ini bujetnya 30 juta.’ Tahu enggak, saya langsung ditertawakan. Kata orangnya, ‘Pak, ini ongkosnya saja 300 juta.’ Wah saya kaget juga,” cerita Lilo. 

Mempersiapkan konser tunggal bertajuk “Passion, Love, and Culture” 15 Desember 2016, gurp band legendaris KLa Project menyelami beragam alat musik tradisional. Karena pada gelaran kali ini, KLa memang akan meleburkan musik-musik hit mereka dalam lantunan musik etnik. 

“Ini kali pertamanya kami membawakan lagu kami dalam musik etnik. Jadi kami juga bereksplorasi lagi, belajar lagi, ternyata musik Indonesia itu sangat kaya. Alat musiknya juga kaya,” ungkap Adi Adrian, pianis KLa Project. 

Jadi selain mengukuhkan 28 tahun berkarya di industri musik Indonesia, konser KLa Project kali ini juga sekaligus mengedepankan dan mempromosikan kembali warna musik tradisional Indonesia yang kaya. Anda akan mendengar langsung keunikan alat-alat musik tradisional ini dalam lagu-lagu legendaris KLa Project. 



0 Response to "Gairahnya Tak Pernah Padam, KLa Project Terus Pelajari Musik Etnik"